Banyak lulusan perguruan tinggi gagal masuk perusahaan karena faktor kesehatan. Fakta ini disampaikan oleh Kepala Human Resource Development (HRD) PT Rembaka, Russy Nikitawati dalam seminar bertajuk Pentingnya Kesehatan Bagi Dunia Kerja, Minggu (28/4).
Kampus ITS, ITS Online - Turut hadir pula dua pembicara lainnya, Drs Susanto, dan Agus Irianto Amd Gizi SE dari Tim Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Jawa Timur. Ketiganya mengisi seminar yang diselenggarakan oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korps Sukarela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI) ITS. Berlangsung di ruang Djelantik, acara ini menjadi puncak program Pekan Kesehatan ITS.

Russy mengatakan, mencapai karir cemerlang tidak cukup hanya berbekal nilai akademis dan softskillsemata. Memiliki tubuh yang sehat merupakan syarat mutlak untuk meraih prestasi dalam berkarir di masa depan.

Selama terlibat langsung dengan proses rekruitmen karyawan, Russy sering menemukan kasus pelamar kerja yang gagal karena tidak sadar bahwa ia sudah terjangkit penyakit berbahaya tertentu. Penyebabnya adalah kurangnya kesadaran untuk melakukan cek kesehatan dan menjaga pola hidup sehat selama menjadi mahasiswa.

Menurut Sekretaris Umum Komunitas HRD Jawa Timur ini, kesehatan calon karyawan menjadi pertimbangan utama di samping hardskill dan softskill. Hal ini disebabkan karena pekerjaan di dunia industri dan marketing membutuhkan fisik yang mendukung kualitas kerja. ''Kalau dihitung lebih dari 75 persen kesehatan pelamar kerja berpengaruh terhadap hasil seleksi, bahkan bisa sampai 100 persen,'' ungkap Russy.

Lebih dari itu, beberapa penyakit tertentu seperti magh, hepatitis, HIV/AIDS, dan kesehatan mata ternyata menjadi perhatian tersendiri bagi perusahaan ketika menyeleksi calon karyawannya. ''Termasuk juga kadar kolestrol dan tekanan darah yang seringkali dilupakan oleh lulusan perguruan tinggi,'' kata Russy.

Padahal, menjaga agar tubuh terhindar dari penyakit berbahaya sebenarnya bukan hal sulit. Agus menuturkan tips sederhana yang dapat diterapkan mahasiswa, seperti mengatur asupan gizi, rutin berolahraga dan melakukan vaksinasi.

Sayangnya, mahasiswa seringkali mengesampingkan kebutuhan dan asupan gizi sehingga menganggu keseimbangan tubuh agar tetap sehat. "Olahraga dan mengusahakan asupan makan bergizi itu lebih murah harganya dibandingkan biaya pengobatan ketika sakit," terang Agus.

Komandan KSR PMI ITS, Syifa' Nurul Faizi mengatakan seminar diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran mahasiswa ITS akan pentingnya menjaga vitalitas tubuh di tengah aktivitas kampus yang padat. ''Kalau tubuh kita sehat, aktivitas tidak akan terganggu terutama untuk mendukung kegiatan sosial,'' kata Syifa'. 

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak dan tinggalkanlah jejak..
Jangan spamming ya. (o)
Terima Kasih..
Share ilmu ini untuk "bersama bantu sesama"... :)
Lihat Artikel Kami yang Lain --> KLIK