Masalah HIV/AIDS merupakan masalah yang memerlukan perhatian serius, mengapa? Jumlah penderita HIV/AIDS bertambah terus setiap tahun. Berdasarkan laporan dari Depkes RI bulan Maret 2010, terdapat sedikitnya 20.564 penderita baru dan 3.936 diantaranya meninggal dunia. Sungguh mengerikan bukan? Bagaimana transmisi HIV? Bagaimana perjalanan penyakit ini? Terapi apakah yang tepat bagi penderita saat ini?


HIV merupakan virus yang berasal dari kelompok retrovirus. Virus ini menyerang sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia yaitu sel T CD4+ dan makrofag. Selain itu, virus HIV akan mengganggu kerja dari sel tersebut yang akhirnya mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh. Apakah akibat dari sistem kekebalan yang defisien? Akibatnya yaitu orang tersebut menjadi mudah terjangkiti oleh berbagai ragam infeksi oportunistik. Infeksi inilah yang menyebabkan kematian bagi penderita HIV. Apabila tidak diobati, penderita HIV akan berujung pada AIDS. Jumlah virus HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai macam infeksi oportunistik merupakan indikator bahwa HIV telah berkembang menjadi AIDS.
 
Seringkali, para penderita HIV dikucilkan dari lingkungannya dengan alasan takut menulari orang-orang sehat. Mereka dianggap sebagai orang “kelas kedua”. Paradigma seperti ini perlu diubah oleh para calon dokter dan dokter di Indonesia. Seperti yang telah diketahui, transmisi virus HIV dapat terjadi melalui 2 cara yaitu secara seksual dan non-seksual. Berdasarkan penelitian, orang yang menderita HIV disertai penyakit kelamin memiliki resiko yang lebih besar untuk menulari HIV kepada orang lain. Akan tetapi, kebanyakan orang tertular HIV dari orang-orang yang selama ini dianggap “sehat” fisiknya. Komisi Penanggulangan AIDS mengatakan bahwa transmisi seksual menempati posisi tertinggi sebagai penyebab penularan HIV yaitu sekitar 60%. Sementara itu, 30% penderita tertular HIV melalui transmisi non-seksual yaitu penggunaan jarum suntik bersama. Sisanya tertular melalui transfusi darah dan transplasental.

Secara umum, perjalanan penderita HIV menuju AIDS melalui 4 fase. Fase pertama dikenal dengan sindrom akut retroviral di mana virion HIV dari orang yang terinfeksi berfusi ke dalam sel orang lain. Fusi yang diperantarai oleh reseptor gp41 atau gp120 ini menyerang sel T CD4+ dan monosit dalam darah. Hal ini menimbulkan respon imun dalam tubuh selama 12 minggu pertama untuk mengurangi produksi virus. Sayangnya, pada fase ini, penderita tidak mengalami gejala apa-apa. Kemudian, virus HIV melakukan replikasi di kelenjar getah bening dan limpa. Namun, manifestasi klinik masih belum muncul. Fase ini dikenal dengan masa laten klinis. Fase ini dapat berlangsung mulai dari 6 bulan sampai dengan 10 tahun. Setelah itu, pada fase kronis progresif, pasien menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik. Pada fase ini kekebalan tubuh diibaratkan sebagai senjata makan tuan. TNF yang diproduksi oleh sistem imun memicu produksi virus HIV. Fase terakhir merupakan fase akhir dan letal. Penderita AIDS memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menderita neoplasma, infeksi oportunistik, gagal ginjal, dan degenerasi susunan saraf pusat.

Sayangnya, sampai saat ini, belum ada pengobatan yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS. Namun, obat-obatan antiretroviral dapat meperlambat kerusakan yang diakibatkan oleh HIV dan menunda terjadinya AIDS, mengapa? Obat antiretroviral bekerja memperlambat proses reverse transcriptase, mengacaukan replikasi HIV, maupun menghambat pemecahan protein virus. Biasanya, obat antiretroviral ini diberikan secara kombinasi untuk menghindari resistensi virus. Selain pengobatan, penderita biasanya memerlukan konseling khusus karena penderita HIV seringkali dianggap sebagai sampah masyarakat. Depresi dan stres dapat memicu tingkat keparahan penyakit ini. Oleh karena itu, pencegahan jauh lebih baik dari pengobatan, bukan?

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak dan tinggalkanlah jejak..
Jangan spamming ya. (o)
Terima Kasih..
Share ilmu ini untuk "bersama bantu sesama"... :)
Lihat Artikel Kami yang Lain --> KLIK