Indonesia merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap berbagai Bencana diantaranya banjir dan longsor. Kedua jenis Bencana ini sangat sering terjadi di berbagai wilayah di Indonesia sehingga sangat penting untuk diangkat agar masyarakat dapat mengambil pelajaran-pelajaran bermanfaat dalam menganggulangi bencana tersebut, baik pada masa sebelum, saat terjadi, dan setelah bencana.
Palang Merah Indonesia (PMI) bekerjasama dengan Australian Red Cross, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Australia-Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) serta berbagai komponen lain senantiasa berupaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana. Namun mengingat geografis Indonesia yang luas, seringkali terkendala dengan terbatasnya sumber daya. Berpijak dari kenyataan ini, PMI dan berbagai komponen berupaya untuk menggagas cara-cara kreatif secara efisien, efektif sekaligus menghibur yakni melalui pembuatan dan penanyangan Film Televisi (FTV).
FTV berjudul “Pesan dari Samudera” merupakan hasil kerja sama pertama pembuatan film yang diproduksi tahun 2012. Film tersebut telah ditayangkan melalui Metro TV pada tanggal 29 Desember 2012 dan selanjutnya diputar di 21 tv lokal.
Kali ini PMI-Australian Red Cross-BNPB-AIFDR kembali membuat dan menayangkan film drama bertema banjir dan longsor berjudul ”NYANYIAN MUSIM HUJAN”. Film kedua ini akan ditayangkan oleh SCTV pada Senin, 2 Februari 2015 jam 22.30 WIB. Produksi film ini didukung sepenuhnya oleh AIFDR melalui Australian Red Cross.
Sinopsis
Jakarta terserang hujan tanpa henti.Wahyu, akan menghadapi hari yang sibuk bersama Dira istrinya, dan anaknya Amarasi. Fauzi, supir keluarga Wahyu, tinggal tak jauh di kampung bantaran kali. Sri istrinya, sedang hamil tua, dan menunggu hari kelahiran anak pertama mereka.
Ketika permukaan air sungai mulai tinggi, seorang tetua kampung bernama Ramon hendak memeriksa informasi banjir di pintu air, bagi tepian sungai.
Namun, Ramon harus berhadapan dengan Nurdin. Ia menyandera penjaga pintu air yang bernama Saleh. Nurdin tidak ingin jika kampungnya yang selalu jadi korban.
Saat di sekolah, Amarasi mencurigai kawasan pinggir kali di depan sekolahnya terancam bencana longsor.
Wahyu terus aktif berkomunikasi dengan media, untuk memberi informasi yang akurat.
Banjir kemudian melanda kampung mereka. Ketegangan memuncak saat mereka menyadari bahwa Sri yang hamil tua, tertinggal di rumah yang hampir tenggelam. Dira, yang pernah kuliah kedokteran pun, menjadi penentu keadaan di akhir hari itu.
Posting Komentar
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan bijak dan tinggalkanlah jejak..
Jangan spamming ya. (o)
Terima Kasih..
Share ilmu ini untuk "bersama bantu sesama"... :)
Lihat Artikel Kami yang Lain --> KLIK