Selama ini polusi udara diyakini hanya bisa menyebabkan gangguan pernafasan, meski sudah banyak studi yang menyatakan polusi juga menjadi faktor risiko kematian akibat penyakit kronis lainnya. Bahkan sebuah studi memaparkan polusi udara bertanggung jawab terhadap lebih dari dua juta kasus kematian tiap tahunnya di penjuru dunia.

Studi ini pun memperkirakan bahwa 2,1 kasus kematian tiap tahunnya di penjuru dunia tersebut dikaitkan dengan partikel-partikel yang sangat kecil yang berasal dari polusi namun bisa masuk ke dalam paru-paru dan menyebabkan gangguan kesehatan hingga kematian dini akibat sakit jantung maupun penyakit pada paru-paru seperti kanker paru-paru.


"Sebagian besar kasus kematian global akibat polusi tersebut terjadi di Asia Timur dan Asia Selatan yang populasinya besar tapi polusi udaranya juga parah," ungkap peneliti Jason West, asisten profesor ilmu lingkungan dari University of North Carolina, Chapel Hill seperti dilansir Livescience, Senin (15/7/2013).

"Polusi udara ini sebenarnya merupakan masalah penting. Bahkan bisa jadi ini adalah faktor risiko lingkungan yang paling penting bagi kesehatan. Dari studi ini pun terbukti bahwa peningkatan kualitas udara di penjuru dunia dapat menambah angka harapan hidup penduduk dunia," tambahnya.

Sementara sejumlah studi memperkirakan bahwa perubahan iklim membuat polusi udara menjadi lebih mematikan, tapi studi baru ini menemukan perubahan iklim hanyalah memberikan efek yang kecil dalam kasus kematian yang berkaitan dengan polusi udara.

Pasalnya polusi dan iklim berinteraksi dengan cara yang berbeda. Faktor-faktor yang berhubungan dengan iklim seperti suhu dan kelembaban dapat mempengaruhi tingkat reaksi partikel di udara, yang pada akhirnya menentukan pembentukan polutan; tapi sebenarnya yang berpengaruh terhadap akumulasi atau penumpukan polutan adalah curah hujan, kata peneliti.

Lagipula dari analisis peneliti diketahui bahwa perubahan iklim hanya menyebabkan 1.500 kematian tiap tahunnya akibat polusi ozon dan 2.200 kasus kematian per tahun karena partikel polusi yang masuk ke dalam paru-paru.

Untuk keperluan studi ini, peneliti menggunakan sejumlah model iklim untuk memperkirakan konsentrasi polusi udara di penjuru dunia, terutama pada tahun 1850 (masa pra-industri) dan tahun 2000. Kemudian dengan memfokuskan pengamatan pada dua tahun ini peneliti dapat menentukan proporsi polusi udara yang disebabkan oleh manusia (berkaitan dengan industrialisasi).

"Peneliti juga memanfaatkan informasi dari beberapa studi sebelumnya yang membahas tentang hubungan antara polusi udara dengan kesehatan, untuk menentukan seberapa banyak kasus kematian yang berkaitan dengan konsentrasi partikel polusi udara," tandas West.

Hasil temuan studi ini pun dianggap lebih signifikan dengan kondisi yang terjadi belakangan karena berbeda dengan studi sebelumnya studi ini menggunakan beberapa model iklim, tak hanya satu saja. Kendati begitu, karena menggunakan informasi dari studi sebelumnya, perkiraan yang dihasilkan studi ini pun mempunyai ketidakpastian yang hampir sama dengan studi-studi sebelumnya.

"Apalagi sebagian besar studi tersebut diselenggarakan di AS sehingga jika diaplikasikan secara global seperti halnya yang dilakukan studi baru ini, tentu akan menimbulkan ketidakpastian," tutup West.

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Environmental Research Letters.

Sumber: detik.com


Posting Komentar

Berkomentarlah dengan bijak dan tinggalkanlah jejak..
Jangan spamming ya. (o)
Terima Kasih..
Share ilmu ini untuk "bersama bantu sesama"... :)
Lihat Artikel Kami yang Lain --> KLIK